Memulai usaha pertanian organik
Secara substansi pertanian organik bukanlah barang baru. Sebelum
ditemukan pupuk dan obat-obatan kimia sintetis, bisa dikatakan semua
kegiatan produksi pertanian merupakan pertanian organik.
Adalah Sir Albert Howard, seorang ahli botani asal Inggris, yang
mengagas pertanian organik secara lebih sistemastis. Bukunya yang terbit
pada tahun 1940, berjudul “An Agricultural Testament”,
telah menginspirasi gerakan pertanian organik diberbagai belahan bumi.
Atas alasan itu, dia disebut-sebut sebagai bapak pertanian organik.
Di Indonesia pertanian organik mulai populer di era 80-an. Dimana
gerakan revolusi hijau yang digagas pemerintah pada akhir tahun 70-an
mulai menunjukkan dampak negatifnya. Penggunaan pupuk dan obat-obatan
kimia dituduh sebagai pemicu kerusakan lingkungan pertanian dan
kesehatan manusia.
Ada banyak dasar pemikiran yang memotivasi seorang petani
mempraktekkan pertanian organik. Praktek yang paling ekstrim bahkan
sangat meminimalkan intervensi manusia. Petani hanya bertugas sebagai
penebar benih dan pemetik hasil saja. Ada juga yang sangat longgar,
masih mentoleransi penggunaan bahan-bahan kimia sintetis tertentu
apabila diperlukan.
Berdasarkan penulusuran tim alamtani terhadap praktek-praktek
pertanian organik, setidaknya terdapat kaidah-kaidah utama yang harus
dipatuhi. Berikut uraian singkatnya:
Penyiapan lahan
Lahan untuk pertanian organik harus terbebas dari residu pupuk dan
obat-obatan kimia sintetis. Proses konversi lahan dari pertanian
konvensional ke pertanian organik membutuhkan waktu setidaknya 1-3
tahun. Selama masa transisi, produk pertanian yang dihasilkan belum bisa
dikatakan organik karena biasanya masih mengandung residu-residu kimia.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah lingkungan disekitar lahan.
Pencemaran zat kimia dari kebun tetangga bisa merusak sistem pertanian
organik yang telah dibangun. Zat-zat pencemar bisa berpindah ke lahan
organik kita karena dibawa oleh air dan udara.
Selain zat pencemar, pemakaian obat-obatan dari kebun tetangga bisa
menyebabkan hama dan penyakit lari ke lahan pertanian organik. Tentunya
hama akan mencari lahan-lahan yang bebas racun, dan sialnya kebun
organik akan menjadi sasaran empuk.
Untuk menyiasati hal tersebut, bisa menggunakan tanaman pagar.
Beberapa jenis tanaman pagar memiliki kemampuan sebagai penyerap bau,
bahan kimia, dan pengusir hama. Selain itu, hijauan dari tanaman pagar
bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.
Kondisi pengairan
Kondisi pengairan atau irigasi menjadi penentu juga dalam pertanian
organik. Akan menjadi sia-sia apabila kita menerapkan pertanian organik
sementara air yang mengaliri lahan kita banyak mengandung residu bahan
kimia. Tentunya lahan kita beresiko tercemar zat-zat tersebut. Pada
akhirnya produk pertanian organik kita tidak steril dari racun-racun
kimia.
Untuk mengakali hal ini, pilih lahan yang mempunyai pengairan
langsung dari mata air terdekat. Kalau sulit kita bisa mengambil air
dari saluran irigasi yang agak besar. Kadar residu kimia dalam saluran
air yang besar biasanya sangat rendah, dan airnya masih bisa digunakan
untuk pertanian organik. Hindari mengambil air dari limpahan kebun atau
sawah konvensional.
Selain itu, bisa juga dibuat unit pemurnian air sendiri. Air dari
saluran irigasi ditampung dalam sebuah kolam yang telah direkayasa.
Kemudian air keluaran kolam dipakai untuk mengairi kebun organik.
Penyiapan benih tanaman
Benih yang digunakan dalam pertanian organik harus berasal dari benih
organik. Apabila benih organik sulit didapatkan, untuk tahap awal bisa
dibuat dengan memperbanyak benih sendiri. Perbanyakan bisa diambil dari
benih konvensional.
Caranya dengan membersihkan benih-benih tersebut dari residu
pestisida. Untuk menjadikannya organik, tanam benih tersebut lalu
seleksi hasil panen untuk dijadikan benih kembali. Gunakan kaidah-kaidah
pemuliaan dan penangkaran benih pada umumnya.
Jangan mengawetkan benih dengan pestisida, fungisida atau
hormon-hormon sintetis. Gunakan metode tradisional untuk mengawetkannya.
Benih yang dihasilkan dari proses ini sudah bisa dikatakan benih
organik.
Hal yang perlu dicatat, benih hasil rekayasa genetika tidak bisa digunakan untuk sistem pertanian organik.
Pupuk dan penyubur tanah
Pemupukan dalam pertanian organik wajib menggunakan pupuk organik.
Jenis pupuk organik yang diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk
kandang, pupuk kompos dan variannya, serta pupuk hayati. Untuk
mengetahui lebih detailnya silahkan baca jenis-jenis pupuk organik.
Pertanian organik juga bisa menggunakan penyubur tanah atau disebut
juga pupuk hayati. Penyubur tanah ini merupakan isolat bakteri-bakteri
yang bisa memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini pupuk hayati banyak
dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur, dll. Pupuk hayati juga bisa
dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan organik.
Dalam permentan bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan
belerang masih ditoleransi untuk digunakan pada pertanian organik.
Berikut daftar bahan mineral yang bisa digunakan dalam pertanian
organik:
- Dolomit
- Gipsum
- Kapur khlorida
- Batuan fosfat
- Natrium klorida
Pengendalian hama dalam pertanian organik sebaiknya menerapkan konsep
pengendalian hama terpadu. Hal-hal yang terlarang adalah menggunakan
obat-obatan seperti pestisida, fungisida, herbisida dan sejenisnya untuk
membasmi hama.
Pengendalian organisme penganggu tanaman bisa memanfaatkan:
- Pemilihan varietas yang cocok
- Rotasi tanaman
- Menerapkan kultur teknis yang baik, seperti pengolah tanah, pemupukan, sanitasi lahan, dll.
- Memanfaatkan musuh alami atau predator hama
- Menerapkan eksosistem pertanian yang beragam, tidak monokultur
Apabila terpaksa, misalnya terjadi ledakan hama atau penyakit, bisa
digunakan juga pemberantasan hama dengan pestisida alami atau pestisida
organik. Silahkan baca mengenai pestisida organik.
Penanganan pasca panen
Proses pencucian atau pembersihan produk hendaknya menggunakan air
yang memenuhi standar baku mutu organik. Hindari air yang sudah tercemar
zat-zat kimia sintetsis. Gunakan juga peralatan yang tidak
terkontaminasi zat-zat kimia.
Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik sebaiknya tidak
dicampur dengan produk non organik. Untuk memberikan nilai tambah,
sebaiknya kemas produk-produk organik dengan bahan yang ramah lingkungan
dan bisa di daur ulang.
Sertifikasi pertanian organik
Untuk kepentingan pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen,
ada baiknya produk organik disertifikasi. Dewasa ini banyak lembaga yang
bisa memberikan sertifikasi organik. Mulai dari yang berbayar hingga
gratis.
Kedepannya, Permentan Sistem Pertanian Organik akan mengatur
lembaga-lembaga sertifikasi organik. Tujuannya untuk memudahkan kontrol
dan melindungi konsumen pangan organik. Sebagai petani produsen, kita
harus pandai-pandai dalam memilih sertifikasi organik. Kita harus bijak
dalam mengeluarkan biaya sertifikasi. Jangan sampai biaya sertifikasi
menjadi beban.
Selain sertifikasi, bisa dikembangkan alternatif lain untuk
meyakinkan konsumen dengan kampanye. Misalnya gerakan untuk membeli
pangan lokal, semakin lokal semakin baik. Jalinlah komunikasi dengan
konsumen secara langsung. Undanglah sesekali konsumen untuk melihat
kebun produksi. Know your farm is know your food!
Pemasaran pertanian organik
Pola pemasaran produk pertanian organik bisa menggunakan pola lama
ataupun pola-pola baru. Hasil pertanian organik masih bisa bersaing
dipasar konvensional, karena meski biaya operasionalnya lebih besar tapi
inpu-input produksinya lebih murah. Namun apabila ingin mendapatkan
insentif harga sebaiknya dijual ke pasar moderen atau penjualan
langsung.
- Pasar tradisional Pasar ini merupakan pasar pertanian tertua. Untuk memasok pasar jenis ini biasanya melalui rantai para pedagang pengepul dan tengkulak yang ada sampai hingga ke pelosok desa. Kelebihan sistem ini adalah mudah. Petani tidak harus jemput bola tinggal nunggu di lahan, bahkan biasanya proses panen pun dilakukan pedagang pengepul.Banyak petani yang lebih nyaman dengan sistem ini karena kemudahan tersebut. Bahkan beberapa tengkulang dan pengepul mau meminjamkan modal untuk produksi musim tanam berikutnya. Walaupun seringkali hal ini menjadi jeratan bagi petani.Kelemahan dari sistem ini adalah harganya yang rendah. Apalagi bila produk pertanian dibeli dengan sistem ijon atau dibeli sebelum panen.
- Pasar moderenAda dua pola untuk memasuki pasar moderen, yaitu dengan memasoknya langsung dan melalui perusahaan pemasok. Untuk memasok langsung, produsen harus memiliki modal dan relasi yang cukup. Karena biasanya barang yang masuk tidak dibayar secara langsung. Hal ini bisa disiasati dengan membentuk koperasi petani organik.Sebagian petani organik, ada juga yang menjual hasil panennya ke perusahaan pemasok pasar moderen. Dalam hal ini yang mempunyai kontrak dengan pasar moderen adalah perusahaan pemasok. Petani menjual kepada perusahaan pemasok.
- Penjualan langsung
Alternatif dari sistem-sistem pemasaran diatas adalah dengan melakukan penjualan langsung. Petani memasarkan hasil panen secara langsung ke konsumen. Biasanya dalam bentuk paket-paket yang disesuaikan dengan hasil panen.Paket dikirimkan langsung ke konsumen yang berlangganan. Jenis dan maca sayuran disesuaikan antara kebutuhan konsumen dan musim tanam. Untuk menjalankan sistem seperti ini, petani wajib menerapkan sistem multiklutur agar produk yang dihasilkan tidak monoton. Kalau sulit dipenuhi sendiri, petani produsen bisa membentuk kelompok.